Perjalanan Karier Timothée Chalamet Hingga Menjadi Aktor Hollywood

karachicelebrityescorts.com, 18 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Timothée Chalamet, aktor Amerika kelahiran New York, telah menjadi salah satu talenta paling menonjol di Hollywood, dikenal karena penampilan emosional, karisma alami, dan kemampuan menyelami karakter yang kompleks. Lahir pada 27 Desember 1995, Chalamet meraih ketenaran global melalui peran terobosannya sebagai Elio Perlman dalam film drama romansa Call Me by Your Name (2017), yang membuatnya menjadi aktor termuda yang dinominasikan untuk Oscar kategori Aktor Utama pada usia 22 tahun. Dengan karier yang mencakup berbagai genre, dari drama independen hingga film blockbuster seperti Dune, Chalamet telah mengukuhkan dirinya sebagai salah satu aktor generasi baru yang paling dihormati. Artikel ini akan menguraikan secara mendetail perjalanan karier Timothée Chalamet, dari awal mula di teater dan televisi hingga menjadi bintang Hollywood, tantangan yang dihadapinya, dan dampaknya pada industri film, berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Timothée Chalamet - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Konteks Awal: Masa Kecil dan Latar Belakang  Cerita Timothee Chalamet soal media sosial hingga karier akting - ANTARA  News

Timothée Hal Chalamet lahir di Hell’s Kitchen, Manhattan, New York, dari pasangan Marc Chalamet, seorang editor Amerika keturunan Prancis, dan Nicole Flender, mantan penari Broadway dan agen real estate keturunan Rusia-Yahudi. Ia memiliki kakak perempuan, Pauline Chalamet, yang juga aktor, terkenal karena perannya dalam The Sex Lives of College Girls. Dibesarkan dalam lingkungan seni, Chalamet terpapar dunia teater dan film sejak kecil. Ibunya, yang pernah tampil di Broadway, dan pamannya, Rodman Flender, seorang sutradara, memberikan pengaruh awal pada minatnya terhadap akting.

Chalamet menghabiskan sebagian masa kecilnya di Prancis, khususnya di Le Chambon-sur-Lignon, tempat keluarga ayahnya berasal, yang membuatnya fasih berbahasa Prancis dan memiliki kewarganegaraan ganda (AS-Prancis). Ia bersekolah di PS 87 William T. Sherman School dan kemudian di Fiorello H. LaGuardia High School of Music & Art and Performing Arts, sebuah sekolah seni bergengsi di New York yang juga melahirkan aktor seperti Al Pacino dan Jennifer Aniston. Di LaGuardia, Chalamet mulai mengasah bakat aktingnya melalui produksi teater sekolah, termasuk peran sebagai Troy Bolton dalam High School Musical dan Fred Astaire dalam Top Hat. Guru dramanya, Harry Shifman, memuji dedikasi Chalamet, mencatat bahwa ia sering berlatih hingga larut malam.

Selain teater, Chalamet juga tampil dalam iklan komersial sebagai anak-anak, termasuk untuk Disney World, dan muncul dalam dua film pendek horor berjudul Butcher’s Hill dan Clown pada 2008. Pengalaman awal ini, meskipun kecil, membantunya membangun kepercayaan diri di depan kamera.


Awal Karier: Debut di Televisi dan Teater (2008–2013) 17 Fakta Perjalanan Karier Timothée Chalamet

Karier profesional Chalamet dimulai pada 2008 dengan peran kecil dalam serial televisi Law & Order sebagai Eric Foley, korban pembunuhan dalam episode “Pledge.” Pada 2009, ia tampil dalam film TV Loving Leah sebagai Jake Lever muda, menunjukkan potensi aktingnya dalam drama keluarga. Namun, ia lebih aktif di panggung teater selama periode ini, tampil dalam produksi off-Broadway seperti The Talls pada 2011, di mana ia memerankan Nicholas, seorang remaja berusia 17 tahun. Penampilannya mendapat pujian dari The New York Times, yang mencatat kemampuannya membawa “kecerdasan dan kerentanan” pada karakter tersebut.

Pada 2012, Chalamet mendapatkan peran berulang sebagai Finn Walden, putra wakil presiden dalam serial drama politik Homeland. Penampilannya dalam delapan episode musim kedua menarik perhatian, meskipun karakternya terbunuh dalam ledakan bom. Peran ini menjadi langkah penting, memperkenalkannya kepada audiens yang lebih luas dan membuktikan kemampuannya menangani peran yang kompleks. Pada tahun yang sama, ia muncul dalam serial Royal Pains sebagai Luke, menambah pengalaman televisinya.

Meskipun sibuk dengan akting, Chalamet sempat mendaftar di Columbia University pada 2013 untuk studi antropologi budaya, tetapi hanya bertahan setahun sebelum pindah ke Gallatin School of Individualized Study di New York University. Ia kemudian memilih fokus penuh pada akting, menyadari bahwa pendidikan formal tidak sejalan dengan ambisinya di dunia hiburan.


Langkah Menuju Hollywood: Peran Film Pertama (2014–2016) 17 Fakta Perjalanan Karier Timothée Chalamet

Karier film Chalamet dimulai dengan peran pendukung dalam Men, Women & Children (2014), sebuah drama karya Jason Reitman tentang dampak internet pada kehidupan modern. Meskipun film ini kurang sukses secara komersial, peran kecilnya sebagai Danny Vance menandai debutnya di layar lebar. Pada 2015, ia tampil dalam Interstellar karya Christopher Nolan sebagai Tom Cooper muda, putra karakter utama yang diperankan oleh Matthew McConaughey. Meskipun perannya terbatas, pengalaman bekerja dengan sutradara ternama seperti Nolan memberikan wawasan berharga tentang produksi film berskala besar.

Pada tahun yang sama, Chalamet membintangi One & Two, sebuah drama fantasi independen, sebagai Zac, seorang remaja dengan kemampuan supernatural. Film ini diputar di Berlin International Film Festival, memberikan Chalamet eksposur awal di sirkuit festival. Ia juga muncul dalam The Adderall Diaries bersama James Franco dan Love the Coopers, sebuah komedi Natal, menunjukkan kemampuan untuk beralih antara film independen dan produksi studio.

Pada 2016, Chalamet mendapatkan peran utama pertamanya dalam Miss Stevens, sebuah drama independen di mana ia memerankan Billy Mitman, seorang siswa bermasalah yang mengembangkan hubungan emosional dengan gurunya (diperankan oleh Lily Rabe). Penampilannya dipuji karena kepekaan dan kedalaman emosionalnya, dengan Variety menyebutnya sebagai “bakat muda yang menjanjikan.” Miss Stevens menjadi batu loncatan penting, membuktikan bahwa Chalamet mampu memimpin sebuah film.


Terobosan Besar: Call Me by Your Name (2017) Call Me by Your Name': A Love Story Fueled by Strangers' Chemistry - The  New York Times

Karier Chalamet melejit pada 2017 dengan peran utama sebagai Elio Perlman dalam Call Me by Your Name, disutradarai oleh Luca Guadagnino. Berdasarkan novel karya André Aciman, film ini mengisahkan romansa musim panas antara Elio, seorang remaja berusia 17 tahun, dan Oliver (Armie Hammer), seorang mahasiswa pascasarjana. Chalamet, yang fasih berbahasa Prancis dan memiliki pengalaman tinggal di Eropa, sangat cocok untuk peran ini. Ia menghabiskan waktu di Crema, Italia, sebelum syuting untuk mempelajari bahasa Italia, bermain piano, dan gitar, serta menyelami suasana tahun 1980-an yang menjadi latar film.

Penampilan Chalamet dalam Call Me by Your Name mendapat puji syukur dari kritikus. Ia berhasil menangkap kerentanan, kepekaan, dan gairah remaja Elio, terutama dalam adegan monolog penutup yang mengharukan di depan perapian. Film ini memenangkan Oscar untuk Best Adapted Screenplay dan membuat Chalamet dinominasikan untuk Oscar kategori Best Actor pada usia 22 tahun, menjadikannya nominator termuda sejak Mickey Rooney pada 1939. Ia juga memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Independent Spirit Award dan nominasi Golden Globe serta BAFTA.

Kesuksesan Call Me by Your Name mengubah Chalamet menjadi bintang global. Ia menjadi idola baru di kalangan penonton muda, sering disebut sebagai “heartthrob” karena penampilannya yang menawan dan gaya fesyennya yang unik. Namun, Chalamet tetap rendah hati, menyatakan dalam wawancara dengan The New York Times bahwa ia ingin fokus pada kualitas proyek daripada ketenaran.


Konsolidasi Karier: Film Independen dan Pengakuan Kritikus (2017–2019) 15 Film Timothee Chalamet, Terbaru hingga Terbaik dengan Akting Mengesankan

Setelah Call Me by Your Name, Chalamet memilih proyek-proyek yang menonjolkan kemampuan aktingnya, terutama dalam film independen:

  • Hostiles (2017)*: Ia memerankan Pvt. Philippe DeJardin, seorang tentara muda dalam film Western karya Scott Cooper. Meskipun perannya kecil, ia menunjukkan intensitas dalam adegan-adegan dramatis.

  • Lady Bird (2017)*: Dalam debut penyutradaraan Greta Gerwig, Chalamet memerankan Kyle Scheible, seorang remaja arogan yang menjadi kekasih sementara karakter utama (Saoirse Ronan). Penampilannya yang karismatik namun menyebalkan mendapat pujian, dan film ini dinominasikan untuk lima Oscar.

  • Beautiful Boy (2018)*: Chalamet memerankan Nic Sheff, seorang pemuda yang berjuang melawan kecanduan metamfetamin, dalam drama biografi ini. Beradu akting dengan Steve Carell, ia memberikan penampilan yang mengharukan, mendapatkan nominasi Golden Globe, BAFTA, dan Screen Actors Guild Award. Untuk mempersiapkan peran ini, Chalamet menghabiskan waktu dengan keluarga Sheff dan menjalani pelatihan dengan konselor rehabilitasi.

  • A Rainy Day in New York (2019)*: Disutradarai oleh Woody Allen, Chalamet memerankan Gatsby Welles, seorang mahasiswa romantis. Namun, karena kontroversi seputar Allen, Chalamet menyumbangkan seluruh gajinya dari film ini ke organisasi amal seperti Time’s Up dan RAINN, menunjukkan kesadaran sosialnya.

  • The King (2019)*: Dalam drama sejarah Netflix ini, Chalamet memerankan Raja Henry V, menampilkan transformasi dari pangeran yang ragu-ragu menjadi pemimpin karismatik. Penampilannya dipuji karena kedalaman emosionalnya, meskipun film ini mendapat ulasan beragam.

Pada 2018, Chalamet dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh oleh Time magazine, dan padaалеко, Forbes menamainya sebagai aktor dengan bayaran tertinggi ketiga di Hollywood. Pada 2019, ia masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30, mencerminkan pengaruhnya yang berkembang.


Menembus Blockbuster: Dune dan Proyek Besar (2020–2025)

Pada 2021, Chalamet melangkah ke ranah blockbuster dengan peran utama sebagai Paul Atreides dalam Dune karya Denis Villeneuve, adaptasi dari novel fiksi ilmiah karya Frank Herbert. Untuk mempersiapkan peran ini, Chalamet membaca novel aslinya, menonton adaptasi David Lynch tahun 1984, dan berkonsultasi dengan ahli bahasa Arab untuk memahami latar budaya film. Dune sukses besar, meraup $402 juta di box office dan memenangkan enam Oscar. Penampilan Chalamet sebagai Paul, seorang pemuda yang ditakdirkan menjadi mesias, dipuji karena intensitas dan karismanya, memperkuat statusnya sebagai bintang blockbuster.

Chalamet kembali memerankan Paul dalam Dune: Part Two (2024), yang meraup $714 juta dan menjadi salah satu film terlaris tahun itu. Film ini mendapat pujian universal, dengan The Guardian menyebut Chalamet sebagai “pusat emosional yang kuat” dari epik fiksi ilmiah ini. Pada 2025, Chalamet diumumkan akan membintangi Dune Messiah, sekuel ketiga yang dijadwalkan rilis pada 2027, menegaskan perannya sebagai wajah franchise ini.

Selain Dune, Chalamet membintangi proyek lain yang memperluas jangkauannya:

  • The French Dispatch (2021)*: Dalam antologi Wes Anderson ini, ia memerankan Zeffirelli, seorang mahasiswa revolusioner, menunjukkan bakat komedinya.

  • Don’t Look Up (2021)*: Ia memerankan Yule, seorang remaja religius, dalam satire Adam McKay, beradu akting dengan Leonardo DiCaprio dan Jennifer Lawrence.

  • Bones and All (2022)*: Reuniting dengan Luca Guadagnino, Chalamet memerankan Lee, seorang kanibal nomaden, dalam drama horor romansa ini. Penampilannya bersama Taylor Russell memenangkan Silver Lion untuk penyutradaraan di Venice Film Festival.

  • Wonka (2023)*: Chalamet memerankan Willy Wonka muda dalam prekuel musikal ini, menghabiskan tiga bulan belajar menari dan menyanyi. Film ini meraup $634 juta dan mendapat ulasan positif, dengan Variety memuji kemampuan Chalamet membawa “kegembiraan anak-anak” pada peran tersebut.

  • A Complete Unknown (2024)*: Chalamet memerankan Bob Dylan dalam drama biografi karya James Mangold, melakukan sendiri vokal dan permainan gitar untuk 60 lagu Dylan. Film ini mendapat pujian di festival film, dengan Chalamet dinominasikan untuk Golden Globe dan dianggap sebagai kandidat kuat Oscar 2025.

Pada Mei 2025, Chalamet tetap menjadi salah satu aktor paling dicari, dengan proyek masa depan seperti Marty Supreme, sebuah drama olahraga tentang pemain pingpong, dan potensi sekuel Wonka. Ia juga menjadi duta merek untuk Cartier dan Bleu de Chanel, memperkuat statusnya sebagai ikon fesyen dan budaya.


Tantangan dan Keputusan Pribadi

Karier Chalamet tidak lepas dari tantangan:

  1. Tekanan Ketenaran: Sebagai aktor muda yang mendadak terkenal, Chalamet menghadapi sorotan media yang intens, terutama terkait kehidupan pribadinya, seperti hubungannya dengan Kylie Jenner sejak 2023. Ia memilih menjaga privasi, jarang membahas kehidupan pribadinya di depan umum.

  2. Memilih Peran yang Beragam: Chalamet dengan sengaja menghindari typecasting dengan memilih peran mulai dari remaja sensitif hingga pahlawan epik, sebuah strategi yang membutuhkan keberanian dan visi artistik.

  3. Persaingan di Hollywood: Bersaing dengan aktor sebaya seperti Florence Pugh dan Zendaya, Chalamet harus terus membuktikan diri melalui proyek-proyek berkualitas tinggi.

  4. Keseimbangan Karier dan Kehidupan Pribadi: Dibesarkan di New York dan memiliki ikatan kuat dengan keluarganya, Chalamet berusaha menjaga keseimbangan antara karier yang sibuk dan hubungan pribadi, sering kembali ke New York untuk “mengisi ulang” energinya.


Dampak dan Warisan

Timothée Chalamet telah meninggalkan jejak signifikan di Hollywood:

  • Inovasi Akting: Penampilannya yang emosional dan autentik dalam Call Me by Your Name dan Beautiful Boy telah mengubah persepsi tentang aktor muda, menunjukkan bahwa mereka dapat menangani peran yang mendalam.

  • Pengaruh Budaya: Chalamet menjadi ikon fesyen, sering tampil dengan gaya androgini di karpet merah, dan menginspirasi penggemar melalui dedikasinya pada seni.

  • Dukungan Sosial: Donasi gajinya dari A Rainy Day in New York ke organisasi amal mencerminkan komitmennya pada isu sosial, termasuk kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan seksual.

  • Inspirasi Generasi Baru: Sebagai aktor yang memulai dari teater sekolah, Chalamet menginspirasi talenta muda untuk mengejar mimpi mereka dengan kerja keras dan keaslian.

Pada Mei 2025, Chalamet berada di puncak kariernya, dengan nominasi Oscar kedua yang sangat diantisipasi untuk A Complete Unknown dan proyek-proyek masa depan yang menjanjikan. Dengan bakat, karisma, dan visi artistiknya, ia dipandang sebagai salah satu aktor terbesar generasinya.


Kesimpulan

Perjalanan karier Timothée Chalamet dari aktor teater remaja di New York hingga bintang Hollywood adalah kisah tentang bakat luar biasa, dedikasi, dan keberanian untuk mengambil risiko. Dari peran kecil di Homeland hingga memimpin franchise Dune dan memerankan legenda seperti Bob Dylan, Chalamet telah membuktikan fleksibilitas dan kedalaman emosionalnya. Kesuksesannya dalam Call Me by Your Name mengukuhkannya sebagai aktor muda berbakat, sementara proyek-proyek seperti Wonka dan Dune: Part Two menunjukkan kemampuannya menangani blockbuster. Meskipun menghadapi tekanan ketenaran dan persaingan ketat, Chalamet tetap setia pada visinya untuk memilih peran yang bermakna, meninggalkan warisan sebagai aktor yang menginspirasi dan mendefinisikan ulang standar akting modern. Dengan masa depan yang cerah di Hollywood, Timothée Chalamet diyakini akan terus memukau penonton dunia untuk tahun-tahun mendatang.

BACA JUGA:  Panduan Perawatan Ikan Mujair dari 0 Hari hingga Siap Produksi

BACA JUGA: Suaka untuk Kuda: Perlindungan dan Perawatan bagi Kuda yang Membutuhkan

BACA JUGA: Detail Planet Saturnus: Karakteristik, Struktur, dan Keajaiban Kosmik

 

 

 

 

 

 

You may also like...